BAB III
Pemikiran Sistem
Jujun S Suria Sumantri
III.1. Pengantar
Pemikiran sistem telah begitu popular di kalangan masyarakat hal ini menimbulkan berbagai pendapat dari para pemikir (cendekiawan) mengenai pemikiran sistem. Menurut pendapat Mood pemikiran sistem hampir di sukai oleh setiap orang, namun pendapat ini mendapat tanggapan bahwa pernyataan Mood dianggap berlebihan dan secara obyektif sukar untuk disangkal. Lain halnya dengan pendapat Lazer, ia memandang pemikiran sistem sebagai inovasi manajerial sedang orang lain menganggap pemikiran sistem sebagai paradigma baru penelitian. Pemikiran sistem semakin menarik perhatian banyak orang, mulai dari kalangan awam, para professor universitas bahkan mulai dari penyair hingga filosof. Pemikiran sistem telah diaplikasikan pada berbagai bidang penelitian mulai dari bidang pendidikan, pertahanan, memutuskan konstruksi jalan raya bahkan untuk menyeleksi suami/isteri. Namun dalam perkembangannya pemikiran sistem menimbulkan pro dan kontra di antara pendukung dan lawannya. Aliran filsafat kontemporer mengungkapkan bahwa pemikiran sistem adalah pendekatan holistik terhadap penelitian. Para pendukung aliran ini menyebut pemikiran sistem sebagai ‘’Paradigma Baru Pemikiran Kontemporer’’. Kuhn menegaskan paradigm sebagai apa yang di rasakan bersama oleh komunitas ilmiah dan sebaliknya komunitas ilmiah terdiri dari orang-orang yang berbagi paradigma.
III.2. Filsafat dari Pemikiran Sistem D.C. Philips mengemukakan bahwa spemikiran sistem pada hakekatnya merupakan filsafat yang tidak diyakini kebenarannya, tetapi hal ini dibantah oleh Fenwick English yang menyatakan bahwa pemikiran sistem akan masuk ke dalam aliran filsafat yang dikenal sebagai realisme ilmiah. Karakteristik pemikiran sistem tidak setara dengan realism ilmiah dan hal ini merupakan pendekatan holistik dan dalam perkembangannya menjadi pandangan metafisik dan holisme . Pendekatan ini kemudian menjadi dasar metafisik untuk pemikiran sistem dan metafisik mempunyai ciri pemikiran sebagai meta ilmu yang memisahkan dari realism ilmiah. Realisme ilmiah sangat bertentangan dengan metafisik dan menolak pernyataan holisme sebagai sesuatu yang unik dan asli dan tidak dapat dii sesuaikan dengan analisis ilmiah konvensional. Konsep pemikiran sistem sampai sekarang masih dalam taraf perkembangan dan saat ini usaha yang terbaik yang di ambil oleh yuyun menamakan pemikiran sistem sebagai sebuah pandangan filsafat yang non konvensional dalam usaha ilmiah.
III.3. Sifat Pemikiran Sistem Sifat-sifat Pemikiran Sistem berhubungan dengan tiga persoalan filsafat yaitu apa dan berapa banyak yang ingin diketahui, serta seberapakah nilainya pengetahuan bagi umat manusia. Inti utama dari pemikiran sistem merupakan pewujudan dasar dari pemikiran sistem sebagai konsep teori sistem umum yaitu sebagai teori sistem terbuka. Konsep ini telah banyak digunakan secara luas dan telah di aplikasikan ke bidang-bidang pokok persoalan yang beraneka ragam. Melalui studi ini dapat dilihat persoalan dari sudut pandang pemikiran sistem dan persoalam subyek sebagai sistem terbuka. Langkah selanjutnya untuk lebih memahami tentang pemikiran sistem, maka akan kita tinjau sistem sebagai ilmu pengetahuan dimana sistem sebagai ilmu pengetahuan harus memenuhi 3 sifat dasar sebagai berikut yaitu :
III.3.1. Aspek Ontologi dari Pemikiran Sistem
Menurut Quine masalah ontology dapat diungkapkan menjadi tiga kata What is there? kalau di artikan dalam bahasa Indonesia berarti apa yang ada disana? Untuk menjawab pertanyaan yang mendasar mengenai masalah ontology ini seorang ahli mengatakan jawaban dari pertanyaan Quine adalah sebuah sistem. Hal ini menunjukkan bahwa setiap eksistensi tidak dapat berdiri sendiri tetapi berhubungan secara teratur. Untuk selanjutnya ahli teori sistem mempunyai pandangan dan penilaian bahwa tiap eksistensi memiliki tatanan yang beraturan dan ketidakacakan. Dengan memahami sifat dasar Hollisme maka akan dengan mudah menjawab pertanyaan lain yang muncul mengenai apa dan seberapa besar yang ingin kita tahu tentang aspek ontology. Sejumlah pertanyaan seputar aspek ontology pada akhirnya menjawab secara keseluruhan apa yang ingin diketahui adalah sifat wujud yang ada dengan cara teratur melalui pembentukan sistem.
III.3.2. Aspek Epistemologi Pemikiran Sistem Platform epistemologis pemikiran sistem juga melandaskan pada premis tentang holisme. Pada tataran ini menyatakan bahwa metode penelitian harus didasarkan pada keberadaan seluruh obyek yang diteliti dan bukan di dasarkan pada pendekatan analitik maupun atomistik. Menurut Whitehead kerangka pikiran yang terbatas dalam ilmu pengetahuan merupakan salah satu keunggulan dari pemikiran analitis. Namun metode atomistik dan analitis ini ditentang pemikiran sistem dimana para ahli menuliskan motto ‘’keseluruhan lebih besar daripada jumlah bagian-bagiannya’’. Laszio menyatakan bahwa cara pemikiran atomistik dan holistik mengalami pergantian, tidak satupun dari keduanya yang bebas dari kesalahan. Sementara Karl Popper mengemukakan bahwa cenderung memahami pengetahuan bukan merupakan sistem konsep tetapi agaknya merupakan sistem pernyataan-pernyataan. Sementara Sutherland mengemukakan bahwa implikasi ontologis dari pemikiran sistem memberikan tingkatan yang lebih luas bagi pendalilan realitas sistem. Namun hal ini ditentang oleh Bertalanfy bahwa persoalan-persoalan dan model pemikiran yang terdapat dalam ilmu pengetahuan biologi, perilaku dan ilmu pengetahuan sosial juga harus dipertimbangkan. Pendapat Boulding mengenai teori sistem umum adalah kerangka pengertian yang bertujuan untuk melengkapi kerangka kerja atau sistem struktur dimana untuk menggantungkan subyek persoalan tertentu dalam pengetahuan kohern dan berurutan.
III.3.3. Aspek Aksiologi Pemikiran Sistem Menurut pendapat Beer sistem adalam salah satu bentuk nama lawan dari ketidak teraturan. Sedangkan menurut pendapat Austin Warren menyampaikan para ahli teori sistem melambangkan sebagai orang-orang yang benci terhadap ketidak teraturan. Para pakar teori sistem melihat dunia dalam bentuk pemikiran. Jadi para pakar teori sistem mengatakan bahwa harus dilakukan usaha untuk menempatkan dunia pada kondisi yang teratur. C.P. Snow dalam bukunya yang berjudul ‘’ Dua Budaya’’menegaskan bahwa masyarakat barat telah menjadi sangat terpecah ini merupakan polarisasi kedalam ilmu pengetahuan dan kemanusiaan. Sedangkan menurut Boulding secara keseluruhan dunia empiris akan lebih menarik ketika dalam keteraturan. Dalam kasus ini pakar teori sistem sangat diperlukan dalam merencanakan usaha untuk menempatkan dunia dalam keteraturan. Secara sederhana hal ini menegaskan pakar teori sistem menaruh perhatian terhadap perencanaan masa depan dengan merancang kembali sistem yang ada kedalam suatu yang lebih kohern secara totalitas untuk kebutuhan manusia.
III.4. Logika Metafisika Pemikiran Sistem Ciri dasar yang membedakan pemikiran sistem dari pemikiran kontemporer adalah logika metafisika. Hollisme, yang melengkapi dasar ontology dan epistemology menghasilkan sistem logika sebagai dasar metafisika. Dari pandangan ini pemikiran sistem dapat dipahami sebagai meta science titik kedudukan yang di benarkan oleh pendukung pemikiran sistem. Pada permulaan abad sembilan belas karya Auguste Comte sampai pada pemikir kontemporer seperti Karl Poper , Arthur Eddington dan James Jean mereka mengusulkan ide metafisika untuk mengikuti tempat pengesahan dalam penyelidikan ilmiah. Kenyataan menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan memainkan dua peran penting yang berbeda pada satu sisi sebagai metafisika dan di sisi lain sebagai pengertian umum terdidik. Dasar metafisika pemikiran sistem adalah sistem logis. Hierarki sistem menurut Boulding adalah sebagai berikut :
1. Struktur statis--- keteraturan planet sistem tata surya.
2. Sistem yang dinamis, sederhana---sebagian besar mesin dan fisika Newtonian.
3. Sistem cybernetic---mekanisme kontrol, seperti termostat.
4. Sistem terbuka---struktur yang mengekalkan diri, seperti sel tunggal.
5. Genetika---sistem masyarakat---divisi tenaga kerja, termasuk subsistem seperti sebuah tanaman.
6. Sistem binatang---termasuk kesadaran diri dan mobilitas, begitu juga subsistem spesial untuk menerima dan mengolah informasi dari dunia luar.
7. Sistem kemanusian---termasuk kapasitas kesadaran diri, dan penggunaan simbolisme untuk menyampaikan gagasan-gagasan.
8. Organisasi sosial---manusia sebagai subsistem dalam organisasi atau sistem yang lebih besar, atau sistem.
9. Sistem transendental---alternatif dan hal-hal yang tidak dikenal yang telah ditemukan.
Dari sembilan tingkatan sistem yang di kemukakan oleh boulding ada beberapa yang sesuai dengan penelitian ilmiah. Menurut pendapat boulding pengetahuan yang ada saat ini umumnya tidak memadai untuk membangun model ilmiah dibawah sistem dinamis (tingkat dua). Oleh karena sekarang di fokuskan pada studi tingkat tiga dan tingkat empat, dan untuk tingkatan selanjutnya belum di temukan dasar model teorinya.
III.5. Karakteristik Sistem Terbuka Sistem terbuka dapat di kelompokkan sebagai berikut :
1. Input merupakan sistem terbuka yang mengimpor enegi dari lingkungan eksternal.
2. Throughput merupakan proses transformasi energy yang tersedia pada sistem.
3. Output merupakan energy yang diekspor pada lingkungan setelah input di proses menjadi output
4. Siklus peristiwan merupakan aktivitas pertukaran energi yang memiliki pola siklus.
5. Entropi negative merupakan proses penetralan proses entropik untuk tetap hidup.
6. Sibernetika dan teleologis merupakan karakteristik perilaku sistem dan mekanisme umpan balik data untuk mengendalikan sistem ini selama waktu krisis.
7. Perbedaan merupakan karakteristik yang selam proses pertumbuhan bergerak pada perbedaan dan perluasan.
8. Ekuifinalitas merupakan kemampuan sistem untuk mencapai bagian final dari kondisi permulaan berbeda dan dengan variasi bagian.
Hubungan antara input dan output sangat bermanfaat untuk menganalisa fenomena yang sangat kompleks. Bisa dikatakan bahwa sistem terbuka membawa perhatian pada kegunaan pemikiran sistem dalam bidang ilmiah kontemporer.
III.6. Logika Sistem Terbuka sebagai Penyelidikan Logis Hegelian berpendapat sebagai filsafat kebenaran adalah keseluruhan, dimana pada pemikirannya persamaan merupakan bagian keseluruhan pemikiran sistem yang saling berhubungan secara internal. Hubungan organik dan hubungan internal Hegelian berlawanan langsung dengan metode analitis atau metode mekanistik. Sebuah teori dalam bidang ilmiah dapat di artikan sebagai serangkaian susunan konsep yang saling berkaitan baik definisi, preposisi yang menyajikan pandangan sistematis atas fenomena dengan memperhatikan hubungan antara variabel dengan tujuan untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena. Untuk memperoleh dalil teori sistem umum sebagai filsafat yang tidak mempercayai karena pemikiran yang tidak dapat diprediksi teori sistem adalah dalam bertentangan sendiri.
III.7. Tonggak Sejarah Pemikiran Sistem Pemikiran sistem memiliki sejarah panjang yang berhubungan dari Khaldun sampai Whitehead. Sejarah pemikiran sistem modern menganut pada Teori Sistem Umum dan Sistem Penelitian Umum. Pada tahun 1937 diadakan seminar filsafat Charles Moris di Universitas Chicago dan pada kesempatan ini Ludwig von Bertalanffy untuk pertama kali memperkenalkan tentang Konsep Teori Sistem Umum. Pada perkembangannya konsep Teori Sistem Umum ini teori ini menjadi Pegangan Pokok (Kitab Suci) bagi gerakan pemikir sistem modern. Pecahnya perang dunia II tahun 1939, mendorong perkembangan pemikiran sistem dan di negara Inggris telah berkembang menjadi benih organisasi riset operasional. Menghadapi perang Eropa, pemimpin militer Inggris meminta para ilmuan yang terdiri dari pengacara, sosiolog, matematikawan dan astronom agar menerapkan pengetahuan ilmiahnya untuk menghadapi kelangkaan sumber daya. Cara / metode ini diikuti juga oleh Amerika Serikat pada saat menghadapi perang Atlantik. Atas prakarsa PPBS pada akhir tahun 1942 oleh Dewan Produksi Perang (War Production Boards), mencoba melakukan pendekatan dari berbagai sumber meskipun tanpa teknologi yang canggih. Pada tahun 1950 para ilmuan Rand dengan berbagai analisa dan metoda menyempurnakan Analisis Sistem yang berbasis analisis PPBS. Dalam perkembangannya pada tahun 1948 Nobert Wiener memperkenalkan teori sibenatika. Teori sibernatika merupakan teori yang menjelaskan tentang perilaku yang memiliki tujuan dan adaptasi yang memberikan kontribusi signifikan terhadap perkembangan studi sistem. dengan pendekatan sistem yang ada. Selanjutnya pada tahun 1954 Penelitian Sistem Umum (General System Research) dilembagakan.
III.8. Tipologi Pemikiran Sistem
Logika sistem telah diterapkan pada berbgai bidang mulai dari ekonomi, pemasaran, sosiologi, psikologi, pendidikan hingga topik-topik kontroversial seperti ‘’bagaimana analisis sistem di terapkan untuk menyeleksi seorang suami?’’ Strategi penelitian baru untuk analisis sistem emyalome dan penelitian operasi seperti teknik PERT di hasilkan dalam pemikiran yang baru telah menimbulkan banyakkebingungan terhadap sifat entitas ilmiah ini. Untuk memecahkan permasalahan ini di usahakan untuk mengembangkan suatu tipologi pemikiran sistem yaitu suatu penataan konsep sistem dan aplikasinya. Pergerakan sistem dikategorikan menjadi dua arah, yang pertama adalah penelitian lanjutan tentang sifat sistem dalam istilah ilmiahnya disebut Penelitian Sistem Umum. Tujuan utama dari Penelitian Sitem Umum adalah sebagai berikut :
1. Menyelidiki konsepisomorf, hokum dan model dalam berbagai bidang dan membantu transfer yang bermanfaat dari satu bidang ke bidang lainnya.
2. Mendorong pengembangan model teoritis yang memadai dalam bidang-bidang yang kekurangan model teoritis tersebut.
3. Meminimalisir duplikasi usaha teoritis pada bidang-bidang yang berbeda.
4. Mempromosikan kesatuan ilmu pengetahuan melalui perbaikan komunikasi di antara spesialis.
Sebagaimana kita lihat Penelitian Sistem Umum merupakan aktivitas penyempurnaan Teori Sistem Umum. Aplikasi lain dari logika sistem berkenaan dangan metode penelitian khusus, atau dalam istilah Quade strategi penelitian. D.C. Philips secara kasar menyerang buku oleh Philip H. Coombs yang berjudul ‘’The World Educational Crisis : A System Analysis’’ sebagai prototype dari aplikasi analisis sistem yang tidak menghasilkan solusi sama sekali. Metode penelitian merupakan pengelompokan dari analisis sistem dan penelitian. Poul Tillich, mendefinisikan metode sebagai cara sistematis dan metode ini berhubungan dengan teknik yang menggambarkan metode sebagai strategi penelitian, dan teknik merupakan taktiknya. Abraham Kaplan berpendapat teknik merupakan prosedur khusus yang digunakan dalam ilmu pengetahuan. C. West Churchman, merupakan salah seorang pendukung sistem, menambahkan beberapa poin artikulasi dengan perdebatan pemikiran sistem Disamping itu kelompok humanis mengklaim bahwa sistem adalah orang-orang dan oleh karenanya pendekatan fundamental terhadap sistem terdiri dari pandangan pertama terhadap nilai kemanusiaan seperti privasi kebebasan. Pendekatan yang benar pada sistem adalah untuk hidup dalam sistem untuk mengalami dan tidak pernah mengubahnya dengan beberapa skema grandiose atau model matematika.
III.9. Penutup
Setelah menyimak pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa pemikiran sistem memperoleh popularitas yang sangat besar dan penerimaan yang luas. Namun penggunaannya bisa jadi sangat menyesatkan jika tidak mengetahui hakikat dasar prinsip-prinsipnya. Setelah beberapa persoalan filsafat diklarifikasi dan dapat diterima berbagai kalangan dengan filosofi pendekatan sebagai berikut :
1. Prinsip dasar pemikiran sistem adalah logika sistem Meskipun logikanya ini meliputi bidang metafisika, selama menyangkut pada penelitian ilmiah, maka tidak ada alasan untuk menolak eksistensinya dalam lingkup studi ilmiah.
2. Aplikasi penerapan konsep sistem akan lebih berguna jika digabungkan dengan usaha untuk menganalisa keadaan melalui penelitian.
3. Pemikiran sistem dapat didefinisikan secara jelas sebagai suatu gerakan ilmiah yang mempunyai persamaan dan perbedaan dengan pemikiran lainnya, maka kelemahan historikisme dari suatu pemikiran sistem sebagaimana yang dikemukakan oleh Philip dan Mosher dapat dikesampingkan.
4. Beberapa ahli/pakar menuduh bahwa pemikiran sistem gagal sebagai sebuah teori ilmiah karena gagal mengkhususkan secara tepat apa yang dimaksud dengan sistem. Sementara harus ditekankan bahwa pemikiran sistem tidak memiliki pokok persoalannya sendiri, dan Teori Sistem Umum bukanlah teori ilmiah dalam pengertian biasa untuk menyimpulkan hipotesa-hipotesa yang digunakan dan dengan demikian mengesahkan prediksi, meskipun ini merupakan logika sistem.
5. Pendekatan sistem tidak efisien karena cara terbaik untuk menangani masalah dengan mengidentifikasi titik-tik persoalan secara langsung.
6. Prognostik humanis sistem dapat dimasukkan dalam kerangka pemikiran sistem yang bertujuan untuk membagun system dengan melihat aspek manusia (martabat, kebebasan, kepribadian).
7. Persoalan determinisme setua peradaban manusia itu sendiri dan tidak ada jawaban tunggal terhadap persoalan ini. Ini merupakan teka-teki kehidupan dan hakekat kehidupan.
III.10. Pendapat Pribadi Dalam pembahasan tentang teori Pemikiran Sistem Jujun Suria Sumantri lebih mengedepankan dengan pendekatan filsafati. Sebagai contoh dalam filsafat Ilmu Suatu Pengantar, “aksiologi adalah teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh Sejalan dengan itu, “aksiologi adalah nilai-nilai (value) sebagai tolak ukur kebenaran (ilmiah), etik, dan moral sebagai dasar normatif dalam penelitiandan penggalian, serta penerapan ilmu. Secara etimologis, aksiologi berasal dari perkataan “axios” (yunani) yang berarti “nilai”, dan“logos” yang berarti “teori”. Jadi aksiologi adalah suatu teori tentang nilai yang berkaitan dengan bagaimana suatu ilmu digunakan.
Ilmu merupakan keseluruhan bentuk upaya kemanusiaan untuk mengetahui sesuatu dengan memperhatikan obyek (ontologi), cara (epistemologi), dan kegunaannnya (aksiologi). Berangkat dari tiga kerangka tersebut, dengan memanfaatkan kemampuan akal untuk memahami fenomena alam semesta (keseluruhan ciptaan atau makhluk Allah) sebagai objek pemahaman yang pada akhirnya hasil pemahaman tersebut dipergunakan untuk memberikan nilai manfaat sebesar-besarnya bagi kemanusiaan.
Dalam tahap pengembangan konsep, ilmu dipelajari secara metafisik, ilmuan melakukan penelitian-penelitian dalam rangka mempelajari alam sebagaimana adanya. Pada tahap ini ilmu bersifat kontemplatif, yaitu ilmu bertujuan mempelajari gejala-gejala alam untuk tujuan pengertian dan pemahaman. Dalam tahap pengembangan konsep tujuan kegiatan keilmuan bukannya demi kemajuan ilmu itu sendiri, melainkan untuk memecahkan masalah-masalah praktis dan mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi manusia. Atau dengan kata lain dalam tahap ini ilmu bersifat manipulatif, dimana faktor-faktor yang terkait dengan gejala-gejala alam tersebut dimanipulasi untuk dikontrol dan diarahkan proses yang terjadi demi pemecahanpersoalan-persoalan praktis yang dihadapi manusia.
Logika sistem dapat dimanfaatkan dan digunakan dalam berbagai riset ataupun penelitian, karena dengan menggunakan logika, maka analisis yang didapat akan mencapai hasil yang maksimal. Dengan melihat aliran konsep diatas dapat kita sarikan pemikiran Jujun Suriasumantri mengemukakan pemikirannya dengan memakai analisis yang disesuaikan dengan alam lingkungan ilmu dimana ilmu tersebut ditempatkan. Menurut pendapat saya pribadi adalah sesuatu yang tepat karena sebuah analisis akan terjawab apabila terjadi hubungan antara dua variable yang saling berhubungan, ini sangat bermanfaat dalam sebuah penelitian atau riset.
Penutup Ilmu merupakan sesuatu yang paling penting bagi manusia, karena dengan ilmu semua keperluan dan kebutuhan manusia bisa terpenuhi secara lebih cepat dan lebih mudah. Dan merupakan kenyataan bahwa peradaban manusia sangat berhutang pada ilmu. Singkatnya ilmu merupakan sarana untuk membantu manusia dalam mencapai tujuan hidupnya. Dasar-dasar ilmu mencakup tiga aspek, yaitu ontologi, epistemologi dan aksiologi. Jujun S. Suriasumantri mengatakan, untuk membedakan jenis pengetahuan yang satu dengan lainnya maka pertanyaan yang dapat diajukan adalah: Apa yang dikaji oleh pengetahuan itu (ontologi)? Bagaimana cara mendapatkan pengetahuan tersebut (epistemologi)? Serta untuk apa pengetahuan termaksud dipergunakan (aksiologi)? Dengan mengetahui jawaban dari ketiga pertanyaan ini maka dengan mudah kita dapat membedakan berbagai jenis pengetahuan yang terdapat dalam khasanah kehidupan manusia. Hal ini memungkinkan kita mengenali berbagai pengetahuan yang ada seperti ilmu, serta meletakkan mereka pada tempatnya masing-masing yang saling memperkaya kehidupan kita. Olehnya itu, pengusaan konsep-konsep ontologi, epistemologi dan aksiologi sebagai dasar ilmu pada tempatnyalah untuk selalu diperhatikan. Hal ini disebabkan karena adanya kuriositas dan kebutuhan manusia itu sendiri menjadikan ilmu sebagai sesuatu yang menjadi keniscayaan untuk dikembangkan.