BAB II
PEMIKIRAN KESISTEMAN
Soewarso Hardjo Soedarmo
II.1. Pengantar
Pemikiran kesisteman telah banyak digunakan dalam berbagai ilmu, atas dasar itulah timbul berbagai istilah dalam konteks kesisteman seperti System science, system thinking, system design, system approach, system engineering dan sebagainya yang tentunya mengakibatkan kekacauan tentang istilah dalam konsep kesisteman. Pada saat memberikan jawaban seseorang diperlukan untuk berpikir melalui pemikiran kesisteman sebagai sebuah kesatuan konsep untuk mendapat kesimpulan yang relevan. Tujuan pemikiran kesisteman adalah suatu metodologi yang didasarkan pada dua premis dasar yaitu:
1. Realitas ditinjau sebagai totalitas, qestalt 2. Lingkungan dianggap esensial, sistem yang mengadakan interaksi dengan lingkungannya dikatakan sebagai sistem terbuka.
II.2. Perkembangan Pemikiran Kesisteman Berkat perkembangan pemikiran manusia maka dewasa ini secara berdampingan terdapat tiga metodologi pemecahan persoalan sebagai berikut : 1. Pemikiran analitik - mekanistik
Pada pola pikir analitik persoalan besar dipecah-pecah dan masing-masing bagian persoalan dicari jawabannya, dan untuk mengurangi kesulitan perhitungan. Sedangkan pola pikir mekanistik yaitu sebab merupakan syarat yang perlu dan cukup untuk terjadinya suatu akibat, tanpa sebab tidak akan terjadi akibat.
2. Pemikiran statistik Pemikiran ini bertolak dari pemikiran Boltzann mengenai sifat rata-rata benda yang banyak yang hampir sama besarnya.
3. Pemikiran kesisteman Pemikiran ini bertolak terutama dari pemikiran whitehead dan bertalanffy tentang totalitas yang utuh yang lebih besar dari pada jumlah bagian-bagiannya.
II.3. Definisi Sistem, Agregasi, Entiti, Hubungan dan Struktur
Pengertian sistem adalah suatu himpunan entiti yang saling berkaitan, dimana tidak ada satu anak himpunanpun yang tidak saling berkaitan dan setiap entiti dalam sistem itu berhubungan langsung atau tidak langsung satu sama lain. Sistem sebagai suatu totalitas menunjukkan sifat-sifat yang mana tidak satupun bagian atau anak himpunan memilikinya. Sedangkan agregasi sendiri mengandung pengertian suatu himpunan entiti yang mungkin hanya sebagian yang saling berhubungan, dan paling sedikit satu entiti atau anak himpunan tidak berhubungan dengan anak himpunan yang lain. Pengertian dari entiti sendiri adalah bagian dari suatu sistem yang mempunyai tujuan atau realitas fisik dan mempunyai keberadaan serta sifat. Dalam suatu sistem bagian-bagian harus tersusun dan dalam suatu agregasi bagian-bagian di jumlamkan. Dalam sistem terdapat hubungan terhadap keseluruhan, sedang dalam agregasi tidak terdapat hubungan tersebut. Hubungan adalah istilah primitif sebagaimana halnya dengan entiti sedangkan suatu hubungan mengandung definisi cara atau lebih entiti saling bergantung satu sama lain. Suatu hubungan mengkaitkan sifat-sifat pelbagai entiti. Struktur sendiri mengandung pengertian himpunan hubungan-hubungan dan struktur sendiri dapat ditinjau dari tiga sudut yaitu : 1. Himpunan hubungan-hubungan 2. Nilai proporsional 3. Dimensional domain
II.4. Perbedaan antara Sistem dan Agregasi Adanya konsep hubungan terhadap keseluruhan dan nilai proporsional memungkinkan kita membedakan antara agregasi dan sistem. Untuk membedakan antara sistem dan agregasi kita lihat gambar di bawah ini.
Sistem Agregasi
Himpunan hubungan : 1, 2, 3, 4, 5 Himpunan hubungan : I, II, III Nilai Proporsional : A dibawah B, dsb Nilai Proporsional : tidak ada - Jadi tidak ada hubungan terhadap keseluruhan
Dimensional domain : lokasi dalam hubungannya Dimensional domain : seperti dengan lingkungan dalam sistem
II.5. Struktur Sistem Struktur sistem adalah himpunan hubungan yang dapat ditinjau dari segi-segi : 1. Jumlah hubungan antar entity 2. Nilai posisional tiap entiti terhadap entiti yang lain 3. Dimensi hubungan antar entiti
II.6. Sistem Parsial/ sistem aspek dan subsistem/komponen Sistem total terbagi 2 yaitu : 1. Sistem Parsial/ sistem aspek a. Mengandung seluruh entiti sistem total b. Hanya meliputi sebagian hubungan contoh : sistem informasi, hubungan profesi, sistem peredaran darah, sosiometri 2. Subsistem/komponen a. Mengandung sebagian entiti sistem total b. Meliputi seluruh hubungan contoh : bagian organisasi, bagian benda
II.7. Lingkungan Sistem dan Batas Sistem
Lingkungan adalah totalitas yang lebih besar yang dianggap terdiri dari sistem yang telah di pilih, dengan demikian batas antara sistem dengan lingkungannya dinamakan batas sistem. Batas sistem adalah suatu batas yang hanya dapat di tentukan sebagai suatu yang imajiner atau konseptual sedemikian rupa sehingga segala sesuatu yang berada di dalamnya dapat dianggap sebagai bagian dari sistem. Hal ini menunjukkan bahwa batas sistem di tentukan dengan sejumlah kriteria yang mana entiti harus memenuhinya untuk dapat dianggap sebagai sistem.
II.8. Sitem Terbuka dan Sistem Tertutup Suatu sistem dapat dikatakan sebagai sistem terbuka apabila terdapat suatu himpunan entiti yang tidak termasuk dalam sistem itu, tetapi dapat mempengaruhi atau di pengaruhi oleh keadaan sistem. Sistem terbuka sangat di pengaruhi oleh lingkungannya dengan kata lain keadaan lingkungannya saling mempengaruhi sehingga sistem mengadakan interaksi dengan lingkungannya. Jika terdapat hubungan antara sistem dengan lingkungannya maka paling sedikit satu entiti di dalam sistem mempengaruhi keadaan suatu entiti dalam lingkungan atau sebaliknya. Apabila suatu sistem tidak mengadakan interaksi dengan lingkungannya dengan kata lain sistem terbuka tidak ada lingkungannya disebut sitem tertutup.
II.9. Tata Laku Sistem Tata laku sistem didefinisikan sebagai keadaan sistem dalam suatu jangka waktu tertentu. Dalam hubungannya dengan lingkungan sistem, suatu perubahan dalam keadaan sistem hanya dapat diamati melalui perubahan dalam keluarannya.
II.10. Keadaan (State) Keadaan (state) di bagi menjadi dua yaitu: 1. Keadaan Transien yaitu keadaan yang berubah dengan waktu. Contoh : Alarm clock yang diatur oleh sebuah per. 2. Keseimbangan dan Steady State (homeostatis) yaitu keadaan yang tidak berubah dari pada suatu sistem terbuka. Sistem ini mempunyai masukan dan keluaran tetapi nilai pada keadaan tidak berubah.
II.11. Entropi, Komunikasi dan Informasi Entropi adalah atribut suatu sistem yang dibahas dan dapat dipandang sebagai suatu ukuran diferensiasi/ketidakteraturan dalam sistem. Untuk mengatasi ketidakteraturan tersebut diperlukan informasi bagi sistem. Informasi adalah susunan data atau fakta yang berbentuk sebagai himpunan berita atau susunan isyarat. Informasi memerlukan wahana yaitu komunikasi. Komunikasi adalah suatu proses yang dapat mengirim informasi. Jadi dengan informasi yang disampaikan melalui komunikasi yang baik, entropi dapat dicegah atau diatasi. Sebagai contoh adalah berita. Berita diharapkan memberi informasi yang dapat mengurangi atau menghilangkan ketidakpastian pada penerima, kalau tidak bias memberi kepastian maka berita tersebut tidak ada nilainya. Komunikasi adalah pemancaran isyarat, dan dengan demikian merupakan suatu bagian dari semiotics (teori umum tentang isyarat). Dalam bidang semiotics komunikasi di bedakan menjadi tiga bidang yaitu : 1. Syntax merupakan daerah isyarat dan kombinasi isyarat. 2. Semantics merupakan daerah yang mengkait dengan dunia nyata. 3. Pragmatics merupakan daerah tentang penggunaan dan efek dari pada isyarat.
II.12. Model Model adalah suatu karikatur (penyederhanaan) dari suatu obyek untuk mencari informasi tentang obyek tersebut. Contoh : Planetarium adalah model dari tata surya. Model dapat di klasifikasikan sebagai berikut :
1. Model Konseptual, terdiri dari (model mental, model verbal dan model deskriptif) 2. Model Simbolik terdiri dari (model grafik, model mathematik dan model skematik) 3. Model Analog (slide rule, warna-warna biru menunjukkan pelbagai kedalaman laut) 4. Model Ironik terdiri dari (model fisik /maket bangunan) dan model gambaran proyeksi).
II.13. Hirarki sistem dari Boulding Hirarki boulding adalah hasil pengklasifikasian sistem yang di kaji kedalam suatu hirarki berdasarkan kompleksitas organisasi dari pada berbagai unsur yang termasuk dalam sistem. Hirarki boulding diklasifikasikan dengan susunan/tingkatan sebagai berikut:
Tingkat 1. Struktur statik dan disebut tingkat kerangka kerja. Contoh : peta.
Tingkat 2. Clockwork merupakan terjadinya gerakan yang sudah di tentukan sebelumnya. Contoh : tata surya, jam, mesin cuci dan lain sebagainya.
Tingkat 3. Thermostat dan disebut sistem kiberkinetik atau mekanisme pengendali. Yang paling penting pada tingkatan ini adalah terjadinya pemancaran dan penafsiran informasi.
Tingkat 4. Tingkat sel pada tingkatan ini sistem dapat memelihara dirinya dengan kata lain sel pada tingkatan ini mampu memancarkan informasi dan mampu berkembang biak.
Tingkat 5. Pada tingkatan ini di tandai dengan adanya tumbuh-tumbuhan dan telah mempunyai pembagian kerja, sehingga totalitas di bagi dalam berbagai fungsi. Contoh : tumbuhan memiliki akar, batang dan daun.
Tingkat 6. Pada tingkatan ini ditandai dengan adanya binatang dan adanya mobilitas yang besar serta memiliki kesadaran mengenal eksistensinya. Hal ini menunjukkan sistem memiliki organ khusus untuk memasukkan informasi dari lingkungannya.
Tingkat 7. Pada tingkatan ini ditandai dengan adanya sistem sebagai manusia. Selain itu manusia mempunyai kemampuan untuk berpikir secara abstrak.
Tingkat 8. Tingkatan ini merupakan tingkat sistem social seperti organisasi.
Tingkat 9. Tingkatan ini merupakan tingkat sistem trasendental, ini digunakan oleh boulding sebagai atap hirarkinya walaupun ia sendiri belum dapat menjelaskannya.
II.14. Kibernetik pada kesisteman Kibernetik menurut wiener adalah ilmu tentang pengendalian dan komunikasi pada binatang dan mesin, kibernetika bukan merupakan ilmu yang mempelajari sistem tetapi ilmu yang mempelajari tata laku sistem. Jadi kibernetik merupakan bagian dari teori kesisteman umum, yang memusatkan perhatian pada tata laku sistem, yaitu pengendalian. Pengendalian pada hakekatnya mengandung tiga proses yaitu identifikasi penyimpangan, identifikasi gangguan dan tindakan korektif.
II.15. Block Diagram Untuk mengerti tata laku dan fungsi sistem kiberkinetik, biasanya digunakan tiga macam model yaitu: 1. Model mathematik yaitu terdiri dari persamaan-persamaan. 2. Model block diagram menggambarkan masukan, proses dan keluaran daripada sistem. 3. Model flow-chart yang memberikan gambaran arus kerja sistem.
Input Output
(masukan) (keluaran)
Kotak tunggal
II.16. Sistem Pengendalian Secara ideal sistem pengendalian dibagi dalam dua kategori yaitu:
1. Cause controlled system Dalam sistem ini tindakan korektif ditentukan atau diprakasai oleh gangguan secara langsung. Jadi keadaan sistem ditentukan secara langsung oleh lingkungan.
2. Error Controlled Sistem merupakan tindakan korektif ditentukan oleh selisih antara output yang diinginkan dengan output nyata. Pengendalian juga dilakukan dengan homeostatis yaitu pengendalian terhadap penyimpangan yang tidak terlalu besar dari standar.
II.17. Pendapat Pribadi Dalam pembahasan buku pemikiran kesisteman karangan Soewarso hardjosoedarmo menunjukkan adanya perbedaan antara agregasi dan sistem, dengan melihat adanya konsep hubungan terhadap keseluruhan dan nilai proporsional memungkinkan kita membedakan antara agregasi dan sistem. Suatu sistem dapat dikatakan sebagai sistem terbuka apabila di pengaruhi oleh lingkungannya dengan kata lain terdapat hubungan antara sistem dengan lingkungannya, apabila suatu sistem tidak mengadakan interaksi dengan lingkungannya / tidak ada lingkungannya disebut sitem tertutup. Pemikiran kesisteman muncul karena adanya kesadaran bahwa untuk menyelesaikan permasalahan yang timbul tidak dapat diselesaikan dengan satu disiplin ilmu saja tetapi harus ada integrasi dari berbagai macam disiplin ilmu pengetahuan. Tujuan dari pemikiran kesisteman adalah agar penyelesaian masalah yang diambil adalah tepat dan sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh kehidupan manusia sekarang ini dan dimasa yang akan datang. Berfikir sistem sangat dibutuhkan oleh pemimpin saat ini karena tantangan yang dihadapi saat ini sangat global dan kompleks sehingga dibutuhkan seorang pemimpin yang ideal yaitu yang mampu mengambil keputusan dan membuat kebijakan secara cepat dan akurat untuk kebaikan rakyat banyak. Dengan melihat hal diatas dapat kita lihat pemikiran Soewarso tentang pemecahan masalah dengan memakai suatu system dimana pemecahan masalah dapat dilakukan dengan pola-pola penyelesaian yang sesuai dengan permasalahan yang timbul, dari permasalahan yang mudah sampai pada permasalahan yang sulit dan kompleks. Untuk memudahkan kita untuk berfikir sistem yaitu memandang suatu masalah secara menyeluruh, komprehensif dan integral dengan menggunakan analisis sistem sebagai alat untuk kita bekerja dilapangan agar kita dapat menghasilkan penyelesaian yang terbaik dalam suatu masalah untuk itu pemikiran kesisteman dibagi menjadi teori kesisteman umum dan analisis kesisteman.
Kesimpulan
A. Pemikiran Kesisteman Soewarso Hardjosoedarmo dapat kita simpulkan bahwa pemikiran kesisteman mempunyai beberapa ciri yaitu :
1. Sistematik (mengikuti prosedur) dan sistemik (melihat secara utuh atau holistik).
2. Interdisipliner, tidak parochialistik yaitu dalam menyelesaikan masalah tidak boleh bertumpu pada satu disiplin ilmu saja tetapi juga harus melihat disiplin ilmu yang lainnya.
3. Ekletik, tidak polaristik (tidak apriori bertumpu pada satu disiplin ilmu tertentu).
4. Sinkretik, selalu menyatukan cara-cara yang bermanfaat.
5. Holistik, selalu melihat persoalan secara utuh menyeluruh.
6. Isomorfistik, cenderung untuk mencari kesamaan hakiki antara keadaan sebenarnya dengan model.
7. Homortistik yaitu cenderung untuk mencari kesamaan hakiki antara keadaan sebenarnya dengan model.
8. Heuristik (organized intuition) dan Algorithmik (step-by-step process).
9. Hubungan producer-product, producer merupakan syarat yang perlu untuk terjadinya product, tetapi belum cukup. Untuk menjadikan product perlu adanya co-producer.
B. Teori sistem umum karya Ludwig von Bertalanffy dapat kita simpulkan bahwa teori sistem umum mempunyai beberapa ciri yaitu :
1. Teori sistem umum bermula dari sistem pengetahuan yang memandang kesisteman sebagai sarana dari kesatuan ilmu pengetahuan dan menjelajah dunia ilmiah, dan sebagai doktrin dalam memahami tatanan pengetahuan yg lebih rendah
2. Teori sistem umum dianggap sebagai paradigma pengetahuan yang baru yang memandang dunia dengan cara berfikir yang baru secara integral dan holistik.
3. Teori sistem umum mampu menyelesaikan permasalahan yang muncul di dalam masyarakat dunia yang semakin sulit dan kompleks dimasa sekarang maupun dimasa yang akan datang.
4. Sistem teknologi, yaitu memandang kesisteman sebagai teknologi dalam melihat masalah sosial masyarakat dng pendekatan ilmu pengetahuan yang bermanfaat (teknologi). 5. Filosofi sistem, yaitu memandang kesisteman sebagai reorientasi filosofi cara berpikir dan cara melihat dunia dan sistem dianggap sebagai paradigma pengetahuan yang baru. 6. Teori sistem merupakan cikal bakal dari perkembangan ilmu-ilmu analisis system dan statistik yang banyak dipergunakan untuk mencari pemecahan masalah yang paling bijaksana demi kebaikan manusia didunia dan juga untuk tetap memelihara lingkungan serta sumber daya alam yang menjadi penunjang kehidupan.
C. Teori sistem umum karya Jujun S. Suriasumantri dapat kita simpulkan bahwa pemikiran sistem mempunyai beberapa ciri yaitu :
1. Ontologi adalah ilmu tentang yang ada. Menurut istilah, ontologi ialah ilmu yang mebahas tentang hakikat yang ada, yang merupakan ultimate reality baik yang berbentuk jasmani/konkret maupun rohani/abstrak. Dalam perkembangannya ontologi dibagi menjadi dua yaitu metafisika umum dan metafisika khusus. Metafisika umum dimaksudkan untuk istilah lain dari ontologi. Dengan demikian, metafisika umum atau ontologi adalah cabang filsafat yang membicarakan prinsip yang paling dasar dari segala sesuatu yang ada. Sedang metafisika khusus masih dibagi lagi menjadi kosmologi, psikologi dan teologi.
2. Epistemologi atau teori pengetahuan adalah cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan, pengandaian-pengandaian dan dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban atas pertanyaan mengenai pengetahuan yang dimiliki. Pengetahuan yang diperoleh manusia melalui akal, indera dan lain-lain mempunyai metode tersendiri dalam teori pengetahuan.
3. Aksiologi secara sederhana merupakan teori tentang nilai. Jujun S. Sumantri mengatakan bahwa aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh. Permasalahan yang utama dalam aksiologi adalah mengenai nilai. Teori tentang nilai dalam filsafat mengacu pada permasalah etika dan estetika. Etika menilai perbuatan manusia, maka lebih tepat kalau dikatakan bahwa objek formal etika adalah norma-norma kesusilaan manusia dan dapat dikatakan pula bahwa etika mempelajari tingkah laku manusia ditinjau dari segi baik dan tidak baik di dalam suatu kondisi yang normatif. Sedangkan estetika berkaitan dengan nilai tentang pengalaman keindahan yang dimiliki oleh manusia terhadap lingkungan dan fenomena di sekelilingnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar